Secara umum senyawa yang bersifat sitotoksis juga menunjukkan sifat toksiknya terhadap Artemia salina. Metode uji toksisitas ini sering digunakan untuk penapisan awal terhadap senyawa aktif yang terkandung didalam suatu ekstrak karena cepat, mudah, sederhana dan dapat dipercaya. Kemampuan adaptasi yang baik inilah yang menyebabkannya digunakan sebagai uji pendahuluan terhadap efek toksisitas dari suatu bahan. Pada kadar garam yang sangat tinggi dimana tidak ada satupun organisme lain mampu bertahan hidup, ternyata Artemia mampu mentolelirnya (Fathiyawati 2008). Keistimewaan Artemia sebagai plankton adalah memiliki toleransi (kemampuan beradaptasi dan mempertahankan diri) pada kisaran kadar garam yang sangat luas. Artemia hidup secara planktonik diperairan laut yang kadar garamnya (salinitasnya) berkisar antara 15-300 per mil dan suhunya berkisar antara 26✬-31✬ serta nilai pH nya antara 7,3-8,4. Artemia semula diberi nama Cancer salinus oleh Linnaeus pada tahun 1778, tetapi kemudian pada tahun 1919. Artemia adalah sejenis udang-udangan primitif.
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. ArchivesCategories |